Tak sulit menemukan lokasi peternakan Jawara Farm. Dari perempatan jalan kantor Pemerintah Kecamatan Waringinkurung menuju Jalan Paranje, Desa Waringinkurung, Kecamatan Waringinkurung lokasi peternakan yang dikenal bersih dan edukatif itu terhampar di lahan seluas 1.000 meter persegi. Radar Banten disambut hangat sekumpulan remaja yang ternyata pengelola peternakan. Sayangnya, pemilik dan pendiri Jawara Farm tidak sedang lokasi siang itu, Jumat (9/8).
Jawara Farm tidak seperti peternakan pada umumnya yang terlihat kumuh dan bau. Kandang kambing dan sapi di Jawara Farm tertata rapi dan bersih yang ditempati ratusan kambing dan puluhan sapi segar, tempatnya juga tidak bau. Banyak lokasi di peternakan juga yang bagus untuk spot-spot foto. Meski cuaca panas, suasana di area peternakan terasa asri. Terdapat beberapa bangunan menarik, seperti tempat diskusi, ruang sekretariat, taman, dan kandang kambing yang tentunya bersih dan nyaman.
Berdasarkan keterangan Nursin, salah satu pekerja peternakan, Jawara Farm didirikan pada 2014 oleh Nur Agis Aulia, lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. Tidak hanya peternakan, Agis juga sukses mengembangkan pertanian di desa. “Kita berencana mengembangkan Jawara Farm menjadi wisata,” ungkap Nursin.
Disebutkan Nursin, di peternakan Jawara Farm ada sekira 400 ekor kambing dan puluhan sapi beragam jenis dan harga. Untuk harga kambing, paling murah Rp1 juta dan paling mahal kambing jenis Merino dengan bobot 90 kilogram seharga Rp8 juta. “Kami juga punya kambing etawa yang bisa langsung diperas susunya,” sebutnya.
Dari 20 pekerja Jawara Farm, beberapa di antaranya berasal dari kalangan pelajar luar daerah, seperti Jawa Barat, Lampung, dan Solo. “Di sini sering dijadikan tempat penelitian juga, seringnya magang mahasiswa agribisnis dari kampus di Banten maupun luar,” jelasnya.
Senada disampaikan Muhlis, mahasiswa Universitas Sebelas Maret, Solo yang sudah tiga pekan bekerja di Jawara Farm. “Di sini banyak ilmu yang didapat,” akunya. (*)